Faktanews.id - Parbowo nyapres lagi, itu hampir pasti. Gerindra gak akan beri tiket kepada selain Prabowo. Bagi Gerindra, Prabowo menjadi faktor utama elektoral partai. Dengan posisi Prabowo sebagai capres, efek elektabilitas ke Gerindra sangat besar.
Soal menang kalah, itu pertimbangan lain. Elektabilitas Prabowo juga tidak buruk. Artinya, Prabowo memenuhi instrumen elektoral ketika didorong maju ke pilpres 2024.
Suara Gerindra 12,57 persen. Tentu tak cukup maju sendirian. Sebab, Presidential threshold 20 persen. Mesti menggandeng partai lain. Yang paling mungkin digandeng Gerindra adalah PDIP. PDIP punya suara 19,33 persen. Gabungan Gerindra-PDIP 31,90 persen. Lebih dari cukup untuk mengusung capres-cawapres di 2024.
Siapa calon dari PDIP? Puan Maharani. Megawati, Ketua Umum PDIP kecil kemungkinan akan melepas dukungan selain kepada Puan Maharani. Secara pengalaman, Puan memenuhi syarat. Pernah jadi menko PMK dan sekarang menjadi ketua DPR.
Soal elektabilitas, nampaknya Puan Maharani belum digarap secara serius. Saat ini, Ganjar Pranowo lebih populer. Ini lantaran, Ganjar rajin melakukan self branding. Kabarnya, tim media Ganjar sangat efektif kerjanya.
Sederhana membacanya, jika ada kepala daerah, siapapun itu, di luar ibu kota, tanpa kerja dan prestasi spektakuler, tapi popularitas tinggi, patut diduga adanya tim media yang bekerja efektif.
Ada baiknya, anda tidak hanya baca survei yang dipublish. Cari akses untuk membaca juga survei yang tidak dipublish. Anda akan paham bagaimana permainan tim media.
Beda dengan kepala daerah di ibu kota, apapun yang dilakukan, media meliputnya. Ibu Kota jadi pusaran media. Anies Baswedan terpopuler diantaranya karena menjadi kepala daerah di ibu kota. Selain faktor prestasi yang diperoleh melalui berbagai penghargaan, baik nasional maupun internasional. Anies memenuhi syarat logis untuk populer dan tertinggi elektabilitasnya diantara kepala daerah yang lain.
Kembali soal Ganjar, apakah Ganjar akan mampu menyalip Puan Maharani? Secara elektoral, mungkin. Tapi, tak mudah bagi Ganjar Pranowo untuk menggeser posisi Puan Maharani. Di usia senja, Megawati, ketua umum PDIP pasti ingin melihat anaknya berada di puncak karir terbaiknya. Dan itu adalah wakil presiden, lalu presiden.
Yang paling realistis bagi Megawati adalah memasangkan Puan Maharani dengan Prabowo. Formasinya: Prabowo-Puan. Prabowo tetap jadi capres mengingat pertama, elektoral Prabowo lebih tinggi. Kedua, Prabowo itu senior yang sudah dua kali nyapres. Ketiga, ini mungkin bagian dari upaya Megawati memenuhi janjinya di Batu Tulis yang sempat tertunda, bahwa Prabowo giliran jadi capres atas dukungan PDIP.
Sementara Ganjar? Jika elektabilitasnya membaik, Gubernur Jawa Tengah ini bisa nyeberang ke kubu lain. Artinya? Keluar dari PDIP. Misalnya, jadi cawapresnya Anies Baswedan. Untuk ini, Ganjar mesti bersaing dengan tokoh-tokoh lain seperti Sandiaga Uno, Ridwan Kamil, Airlangga Hartarto, Tito Karnavian, Muhaimin Iskandar, Khofifah, Moeldoko, Agus Harmukti Yudhoyono (AHY), bahkan Budi Gunawan yang potensial dan juga berpeluang.
Bagaimana jika Prabowo urung maju, dan mendorong Anies Baswedan sebagai capres yang didukung Jokowi dan PKS? Apakah ini akan jadi pintu rekonsiliasi bangsa? Jika ini terjadi, maka akan merubah semua peta politik selama ini.
Oleh: Tony Rosyid
Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa