(Kasatgas Nusantara Polri Irjen Pol Gatot Eddy Pramono saat menyampaikan kuliah umum di kampus Djuanda, Bogor, 17 Januari 2019) |
FaktaNews.id - Kepala Satgas Nusantara Irjen Pol Gatot Eddy Pramono memberikan kuliah umum di kampus Universitas Djuanda Bogor, Kamis (17/1/2019). Sekitar 700 an mahasiswa memenuhi ruangan untuk mendengarkan meteri yang disampaikan Gatot bertajuk "Peran Pemuda dan mahasiswa dalam Menangkal Hoaks Demi Terciptanya Kenyamanan dan Kesejukan Pilpres 2019".
Gatot memaparkan potensi kerawanan Pemilu. Diketahui, Pemilu 2019 yang bakal digelar pada 17 April nanti berbeda dengan Pemilu sebelumnya. Pada Pemilu nanti digelar secara serentak antara Pileg dan Pilpres. Pada Pileg, partai politik akan memperebutkan suara nasional pemilih 4 persen untuk lolos ke Senayan.
"Selain persaingan antar parpol untuk memperoleh minimal 4 persen suara nasinal juga ada persaingan internal antar caleg partai itu," ujar Gatot.
Kerawanan lainnya, menurut Gatot adalah soal digaungkannya politik identitas, politisasi SARA, pemanfaatan isu-isu yang dapat memecah belah bangsa, black campaign dan negatif campaign, hoaks dan ujaran kebencian.
"Ini semua akan memunculkan potensi konflik sosial jika kita tidak ikut mewaspadai secara bersama-sama," tandas Gatot.
Tak sampai di situ, ancaman lain yang dapat meruntuhkan keutuhan NKRI, menurut Gatot, adalah ketika Pemilu berhasil diitumpangi agenda yang bertentangan dengan Pancasila, seperti khilafah, dan infiltrasi asing.
Dalam kesempatan itu, Gatot yang juga Mantan Karoremtala Srena Polri ini kemudian mengutip hasil survei Assosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJJI) 2017. Disebutkan, pengguna internet di Indonesia terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2017, misalnya, pengguna internet di Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa dibanding tahun 2016 yang hanya 132 juta jiwa.
"Itu artinya ada peningkatan sebanyak 10,56 juta jiwa pengguna internet. Lebih dari 83 persen pengguna internet berusia 19 tahun ke atas," papar Gatot.
Gatot juga mengutip hasil survei Daring Maste 2017. Dalam survei yang diikuti 1.116 responden menunjukkan bahwa aplikasi kemunikasi situs nenjadi saluran tertinggi penyebaran hoaks dalam bentuk tulisan, gambar dan video.
Menurut Gatot, menjamurnya haoks tidak membuat Polri tutup mata. Hoaks terus diperangi. Menurutnya, jumlah konten hoaks yang diselidiki Polri sampai akhir Desember 2018 sebanyak 3.884, lebih dari separuh berasal dari jumlah laporan pada 2018. Sementara akun anonymous lebih dari 100 persen pada 2017.
"10 persen diantaranya telah disidik, selebihnya dalam proses pemblokiran, monitoring dan pendalaman," ucapa mantan Wakapolda Sulsel ini.
Karena hoaks cukup masif dan membahayakan negara, Gatot meminta mahasiwa dan pemuda menggunakan medsos, terutama dalam proses menyebarkan informasi. Menurut Gatot, mahasiswa dan pemuda jangan hanya percaya pada satu informasi. Kalau perlu, mereka harus menjadi garda terdepan dalam mewujudkan demokrasi yang berkualitas, berperan aktif menjaga stabilitas Kemdagri yang aman, damai dan sejuk, baik jelang, pada saat dan pasca Pemilu 2019 nanti.
Lebih jauh, Gatot menambahkan mahasiswa dan pemuda harus menjadi bagian dari colling system guna meminimalisir terjadinya konflik sosial, dan ikut menciptakan suasana kesejukan, terlibat aktif dalam memerangi hoaks dan hate speech dan menjadi agent of change dalam membangun dan memajukan bangsa.
"Jangan ragu untuk menggunakan fitur "report abuse atau report content" ketika menemukan informasi yang tidak benar, berpotensi menimbulkan konflik di medsos," tutup Gatot.
Untuk diketahui, penyelenggara kuliah umum yang dihadiri Gatot ini adalah Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Djuanda Bogor bekerjasama dengan Dewan Pimpinan Pusat Pekumpulan Gerakan Kebangsaan (DPP PGK).
Tampak hadir pada acara tersebut Bursah Zarnubi selaku ketum PGK, Dekan, Wakil Rektor Rita Rahmawati serta 700 an mahasiswa. (RF)